Tariankuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Contoh Seni Rupa Modern adalah Lukisan Karya Basuki Abdullah dan Affandi.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Meskipun sudah almarhum, nama pelukis Basoeki Abdullah tetap terkenal dan dikenang. Lukisannya banyak dikoleksi lembaga dan perorangan di sejumlah negara. Diperkirakan ada koleksi lukisan beliau yang berharga jual Rp200 miliar. Wow, luar Basoeki Abdullah memang sulit tertandingi oleh pelukis Indonesia masa kini. Daya kreativitasnya selalu ada untuk melukis apa pun. Lukisan karya Basoeki Abdullah kecil Dokpri Sejak kecil Bakat melukis Basoeki Abdullah 1915-1993 sudah terlihat sejak kecil. Ia mewarisi bakat ayahnya, Abdullah Suriosubroto. Ketika masih berusia empat tahun, Basoeki sudah mulai mencorat-coret kertas. Salah satu hasil karyanya, tokoh Mahatma Gandhi, terpajang di Museum Basoeki Abdullah. Bahkan menjadi maskot museum, karena lukisan tersebut dibuat pada saat usia Basoeki sepuluh tahun. Di Museum Basoeki Abdullah pula lukisan-lukisan Basoeki Abdullah terpajang. Dari koleksi-koleksi itulah kita tahu kehebatan seorang maestro. Ada lukisan yang bertema tokoh, apalagi Basoeki terkenal sebagai pelukis potret. Namun ada juga bertema flora, fauna, dan lain-lain. Yang jelas, namanya ide tidak mengenal tema. Kegiatan konservasi lukisan Basoeki Abdullah pada 2013 Dokpri Mengajar seni lukisPendidikan formal Basoeki Abdullah diperoleh di HIS Katholik dan MULO Katholik di Solo. Pada 1933, ketika berusia 18 tahun, Basoeki memperoleh beasiswa untuk belajar di Academie voor Beeldende Kunsten Akademi Seni Rupa di masa pendudukan Jepang, Basoeki mengajar seni lukis. Murid-muridnya antara lain Kusnadi yang kemudian dikenal sebagai pelukis dan kritikus seni rupa. Juga Zaini, pelukis impresionisme. Basoeki juga aktif dalam pusat kebudayaan milik pemerintah Jepang. Pada 1948 Basoeki mengikuti sayembara melukis di Belanda. Di sana ia mampu mengalahkan 87 pelukis Eropa yang berpartisipasi. Sejak itu nama Indonesia mulai harum. Basoeki sendiri sering berkeliling Eropa untuk memperdalam seni lukis. Sampai kini tercatat sekitar 20 negara sudah mengoleksi lukisan Basoeki Abdullah. Salah satu lukisan yang dikonservasi pada 2013 Dokpri Konservasi lukisanKoleksi lukisan, apalagi yang berada di museum, tentu saja harus dirawat. Ini mengingat museum berfungsi sebagai lembaga pelestari. Beberapa lukisan Basoeki Abdullah pun pernah dirawat dan diperbaiki, istilahnya dikonservasi. Dengan kegiatan konservasi, lukisan buram bisa menjadi cantik. Bahkan bisa bertahan lebih lama. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya

Lukisanbasuki abdullah menggunakan teknik. Dinamika lukisannya sama seperti kehidupannya yang melewati berbagai masa yang yang cukup rumit. Lukisan Basuki Abdullah ini menampilkan subject matter yang berupa seorang
Daftar isiKelahiran Basuki AbdullahMasa Remaja dan Masa Dewasa Basuki AbdullahKarya-karya Basuki AbdullahWafatnya Basuki AbdullahJika Italia punya Leonardo Da Vinci, Indonesia juga punya legenda seni lukis. Salah satunya adalah Basuki Abdullah. Meski karyanya tak seagung Mona Lisa dan The Last Super yang terkenal ke seluruh penjuru dunia, tapi lukisan-lukisan nya telah menghiasi Istana Negara. Maestro lukis Indonesia ini telah berkali-kali memenangkan kontes lukis baik dalam maupun luar negri. Berikut kita akan membahas sosok Basuki Abdullah mulai dari kelahiran, karya-karyanya hingga Basuki AbdullahBasuki Abdullah yang terlahir dengan nama lengkap Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah, lahir pada tanggal 27 Januari 1915 di Kota Surakarta Jawa Tengah. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pepatah ini sangat cocok untuk mendeskripsikan darah seni yang didapat oleh Basuki Suryosubro, seorang pelukis dan penari adalah ayah dari Basuki Abdullah sedangkan kakeknya adalah Doktor Wahidin Sudirohusodo yang tak lain adalah salah satu tokoh Pergerakan Kebangkitan Nasional Indonesia era melukis Basuki sudah tampak sejak ia berumur empat tahun. Pada saat itu Basuki sudah melukis beberapa tokoh ternama dunia seperti Mahatma Gandhi, Krishnamurti dan Yesus Remaja dan Masa Dewasa Basuki AbdullahBasuki Abdullah menempuh pendidikan di HIS Hollands Inlandsche School Katolik dan MULO Meer Ultgebried Lager Onderwijs Katolik kota Solo. Selanjutnya pada tahun 1933, Basuki mendapatkan beasiswa ke kota Den Haag Belanda untuk mempelajari bidang seni di Akademik Seni Rupa Accademie Voor Beeldende Kunsten.Ia berhasil menyelesaikan study nya di kampus tersebut dalam waktu tiga tahun dan memperoleh penghargaan Royal International of Art. Setelah itu Basuki pernah beberapa kali ikut serta dalam program studi banding bidang seni ke sekolah-sekolah di Prancis dan beraliran realisme dan naturalisme ini pernah tergabung dalam Gerakan Pusat Tenaga Rakyat yang dibentuk pada masa penjajahan Jepang tanggal 19 Maret 1943. tak jauh dari keahliannya, di organisasi ini Basuki diamanahkan untuk mengajar seni lukis. Kusnadi, seorang pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia dan Zaini, seorang pelukis impresionisme adalah dua orang yang pernah menjadi murid Basuki Gerakan Pusat Tenaga Rakyat, Basuki juga tergabung dan berperan aktif di Pusat Kebudayaan milik Pemerintah Jepang yang bernama Keimin Bunka Sidhosjo. Di dalamnya juga tergabung tokoh-tokoh besar bidang seni Indonesia lainnya seperti Affandi , S. Sudjojono, Otto Jaya dan Basuki Resobawo yang juga merupakan para maestro seni lukis satu prestasi Basuki Abdullah adalah ia memenangkan sayembara melukis yang digelar di Amsterdam Belanda dalam rangka penobatan Ratu Yuliana. Dalam sayembara tersebut, sekitar 87 pelukis handal Eropa juga ikut berpartisipasi, tapi pada akhirnya Basuki lah yang kemenangan Basuki di sayembara tersebut, perlahan ia mulai dikenal dunia sebagai pelukis handal dari Indonesia. Tak jarang ia mendapatkan kesempatan untuk mengelilingi Eropa untuk memperdalam seni lukis dengan berkunjung ke Italia dan Prancis yang merupakan permukiman para pelukis kelas lukisan Basuki cenderung berdasarkan hasil potret realita dengan menambahkan efek-efek supaya terlihat lebih menarik. Melukis para tokoh dunia juga salah satu keahliannya, dimana hasilnya memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan lukis Basuki Abdullah sangat baik dalam menggambar wanita-wanita cantik yang tak jarang dilukis dengan menonjolkan keindahan tubuh mereka. Basuki memiliki teknik realis yang sangat kuat. Kemampuannya dalam melukis alam, tumbuh-tumbuhan, hewan, dan suasana bertema perjuangan juga tidak usah diragukan lagi. Oleh karena itulah ia dijuluki pelukis dengan aliran realis dan hidupnya, Basuki Abdullah berkali-kali mengadakan pameran lukisan tunggal, baik di Indonesia maupun luar negri. Basuki pernah mengadakan pameran di Bangkok, Belanda, Jepang, Malaysia dan banyak negara lainnya. Tak kurang 22 negara di dunia yang mengoleksi lukisan karya Basuki Abdullah. Ia banyak menghabiskan hidupnya dengan tinggal dan menetap di luar negri sepeti di Thailand selama beberapa tahun. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Indonesia karena dipanggil oleh Istana, ditawarkan untuk menjadi pelukis di Istana Merdeka. Lukisannya bahkan menghiasi dinding Istana Basuki AbdullahBerikut adalah beberapa karya lukis dari Basuki Abdullah, yaituDalam Sinar Bulan. Lukisan ini berukuran 80 cm x 120 cm dengan medium oil on Ir. Soekarno Presiden RI. Lukisan ini berukuran 149 cm x 94 cm dengan medium oil on Kaca dengan Anak-Anak Arjuna. Lukisan ini berukuran 170 cm x 255 cm dengan medium oil on Tarub. Lukisan ini berukuran 170 cm x 255 cm dengan medium oil on Flores. Lukisan ini berukuran 117 cm x 180cm dengan medium oil on Lukisan ini berukuran 170 cm x 255 cm dengan medium oil on antara Gatutkaca dan Antasena. Lukisan ini berukuran 200 cm x 300 cm dengan medium oil on Loro Kidul. Lukisan ini berukuran 159 cm x 120 cm dengan medium oil on with Kebaya. Lukisan ini berukuran 113 cm x 76 cm dengan medium oil on karya Basuki Abdullah pada tahun 1971 juga menjadi salah satu lukisan yang paling terkenal dengan judul “Kakak dan Adik”. Lukisan ini berukuran 65 cmx 79 cm dengan media cat minyak pada kanvas oil on canvas. Pada lukisan ini, terlihat jelas penguasaan teknik realis yang dimiliki Basuki. Gambar kakak yang sedang menggendong adiknya ini serasa mengandung drama kehidupan ditambah dengan pencahayaan dari menggambarkan figur kakak beradik ini seolah dalam perjalanan yang sunyi. Mereka memiliki ekspresi wajah yang jernih tapi dengan tatapan mata yang kosong. Hal yang ingin disampaikan Basuki dalam lukisan ini adalah rasa empati, kasih sayang dan Basuki AbdullahTak hanya karya-karya lukis dari Basuki Abdullah yang menarik perhatian banyak orang. Kisah kematiannya pun tak kalah mengejutkan publik. Basuki meninggal karena dibunuh pada penghujung tahun 1993 tepatnya pada tanggal 5 November 1993. Basuki ditemukan tak bernyawa di kediamannya di daerah Pondok Labu Kota Jakarta pembunuhan yang dilakukan oleh seorang pria berumur 23 tahun berinisial AMD ini adalah perampokan. Orang dalam yaitu tukang kebun Basuki Abdullah bekerja sama dengan AMD untuk melakukan perampokan di kediaman sang maestro lukis itu. Tak disangka, saat melancarkan aksinya dua pelaku tersebut dipergoki oleh pikir panjang, mereka langsung memukul kepalanya berkali-kali hingga akhirnya meninggal. Setelah itu pelaku tetap melanjutkan aksi mereka dengan mengambil beberapa barang seperti jam tangan, kamera dan uang butuh empat hari bagi kepolisian untuk menangkap dan memproses para perampok tersebut hingga masing-masing mendapatkan hukuman yang berat karena telah membuat Indonesia kehilangan salah satu putra terbaik dengan cara yang tragis. Sungguh akhir yangmenyedihkan bagi orang yang telah mengharumkan nama Indonesia bahkan ke kancah Internasional.
RadenSaleh. Raden Saleh Sjarif Boestaman (1807 atau 1811 - 23 April 1880) adalah pelukis Indonesia beretnis Jawa yang mempionirkan seni modern Indonesia (saat itu Hindia Belanda ). Lukisannya merupakan perpaduan Romantisisme yang sedang populer di Eropa saat itu dengan elemen-elemen yang menunjukkan latar belakang Jawa sang pelukis. Raden Saleh.

Assalamu’alaikum wr. wb. Mungkin banyak dari kalian yang belum tahun tentang pelukis yang satu ini. Padahal beliau adalah pelukis yang cukup terkenal pada masanya yaitu pada masa setelah kemerdekaan. Do you know Basuki Abdullah ? Basuki Abdullah adalah seorang maestro pelukis di lahir pada tanggal 25 Januari 1915 di Surakarta Jawa Tengah. Aliran lukisannya adalah realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia. Sangat menakjubkan ! Salah satu karya dari Basuki Abdullah adalah sebuah lukisan yang diberi judul “Keluarga Berencana”. Dalam lukisan ini terdapat tiga ekor kuda yang terdiri atas sepasang kuda dewasa dan seekor kuda kecil. Kuda yang berwarna coklat pekat menggambarkan kegagahan seorang kepala keluarga yang mengayomi keluarganya. Kuda putih melambangkan seorang ibu yang lemah lembut. Serta yang ketiga, anaknya yang merupakan kuda ukurannnya paling kecil. Dengan kata lain lukisan ini sebenarnya menggambarkan sebuah keluarga ideal yang terdiri dari seorang ayah, ibu dan anaknya. Bulu kuda-kuda tersebut kelihatan sangat nyata. Seperti aliran yang dianut oleh Basuki Abdullah yaitu aliran menampilkan suatu objek yaitu kuda-kuda yang berada di suatu padang rumput yang gersang karena berwarna cokelat. Judul Lukisan Keluarga Berencana Pelukis Basuki Abdullah Aliran Realisme Naturalis Ukuran 200 x 90 cm Tahun Pembuatan 1975 Media Water Colour on Paper Wassalamu’alaikum wr. wb Penulis Atika Nurlailika Oktapina, Fitria Amalia, Uswatun Arisah, Eka Indriani, Hilmi Abrooriansyah XII IPA 1/2 Navigasi pos

LukisanNyi Roro Kidul Nyai Roro Kidul (Ratu Selatan) sering digambarkan sebagai putri duyung dengan ekor serta tubuh bagian bawah ular. Makhluk mitos itu diklaim mengambil jiwa siapa pun yang dia inginkan. Lukisan Nyi Roro Kidul - Basuki Abdullah adalah maestro lukis Indonesia asal Surakarta, yang menorehkan banyak prestasi. Basuki Abdullah merupakan pelukis beraliran realis dan naturalis, yang pernah memenangi sayembara melukis Ratu Juliana pada 1948, mengalahkan 87 pelukis Eropa. Ia pun sempat dipilih oleh Presiden Soekarno sebagai pelukis langganan keahliannya dalam bidang seni lukis, Basuki Abdullah mendapatkan panggilan untuk melukis raja, kepala negara, dan mengadakan pameran lukisanya di mancanegara, seperti di Singapura, Italia, Portugal, Inggris, dan beberapa negara lainnya. Peran Basuki Abdullah dalam kancah internasional itu membuatnya disebut sebagai duta seni lukis Indonesia. Baca juga Aliran Seni Lukis Mooi IndiePendidikan Basuki Abdullah Basuki Abdullah lahir di Surakarta, Jawa Tengah, pada 27 Januari 1915. Ia merupakan putra dari pelukis pertama Indonesia abad ke-20, Abdullah Suriosubroto, sekaligus cucu Wahidin Sudirohusodo, tokoh kebangkitan nasional. Sejak usia empat tahun, ia menunjukkan bakat dan kegemarannya akan melukis. Basuki kecil telah melukis beberapa tokoh ternama, seperti Mahatma Gandhi, Rabindranath Tagore, Krishnamutri, dan beberapa lainnya. Basuki sempat bersekolah di HIS Katolik dan MULO Katolik di Solo. Kemudian, pada 1933, ia mendapat beasiswa untuk belajar di Akademik Seni Rupa di Den Haag, Belanda. Ia menyelesaikan studinya pada 1936 dan mendapat penghargaan Sertifikat Royal International of Art RIA. BasukiAbdullah. Pelukis Ternama asal tanah berikutnya bernama Basuki Abdullah, lahir di Kota Surakarta pada 25 januari 1915, dan wafat tanggal 5 November 1993. Beberapa karya lukis beliau yang memvisualkan kehidupan kaum papa, serta kumpulan objek orang-orang yang bekerja keras untuk kelangsungan hidup, antara lain “Perkampungan Nelayan Latest Craft Art Lifestyle Travel Shop April 24, 2020 Utagawa Kunisada 10 Must-See Masterpiecesby Will Heath ART Dawn at Futamai-ga-ura by Utagawa Kunisada, 1832 Japanese woodblock prints, ukiyo-e, are a beloved form of art that hit enormous heights of popularity in the Edo period. At the time, Japan’s most successful and celebrated ukiyo-e artist, outshining even the now-legendary Hokusai himself, was Utagawa Kunisada. We take a look at why was Kunisada so cherished, and what made his artwork so uniquely cherished in Japan? Kunisada His Life and Art Sanko no Uchi Hi by Utagawa Kunisada, 1859 Born in Tokyo then called Edo in 1786, Kunisada was the son of a moderately successful poet, who died very early in Kunisada’s life. The young artist began sketching very early and developed not only a passion but a clear skill in the craft which caught the eye of the master of the Utagawa school of ukiyo-e, Utagawa Toyokuni. The Tale of Genji, Chapter 5, by Utagawa Kunisada, 1847 Thanks to the now legendary status of the works of Hokusai, many associate ukiyo-e with landscapes see for example Hokusai’s Thirty-Six Views of Mount Fuji, but during the Edo period, the most celebrated ukiyo-e paintings were depictions of kabuki actors, which is what Toyokuni himself was most known for, and comprised much of Kunisada’s own library of works. Kunisada is also renowned for his graphic and sometimes comic depictions of sexual scenes that we might now label as pornographic, which may be one reason for why he is now far less well-remembered than Hokusai is. However, it was Hokusai who drew the infamous The Dream of the Fisherman’s Wife, which many point to as the origin of the tentacle in Japanese pornography. You can see more about the Essential Things to Know About Shunga Erotic Prints. Imayo Oshi e Kagami by Utagawa Kunisada, 1859 He was also known as Utagawa Toyokuni III, under which name he would sign many of his works. Depending on the subject of his painting landscape, kabuki, or other, Kunisada would sign with a different studio signature Gototei for kabuki, or Kochoro for other things. For his more pornographic works, the works would be signed under the alias Matahei. The Tale of Genji, Chapter 11, by Utagawa Kunisada, 1847 Kunisada’s prints mostly consisted of kabuki actors, the popular trend of the period, but as he continued to perfect his craft there was a growth in the number, and the experimental nature, of shunga works which Kunisada produced. He also painted a handful of landscape works, a few whose subjects were animals such as tigers His most popular subject was, by far, the human body. Kabuki actors, sumo wrestlers, and beautiful women bijin-ga were among his specialties. At the time, artists’ depictions of scenes from The Tale of Genji were also popular, and it was Kunisada who led the charge here, producing a huge number of Genji-inspired works. 10 Popular Utagawa Kunisada Woodblock PrintsFrom his early days to his death, it is fascinating to see how Kunisada’s art evolved, both in terms of his own skill and what subjects he chose as his inspiration. Here are ten works which demonstrate the shifts in style and inspiration throughout Kunisada’s Ichikawa Danjuro VII as Iga-no Jutaro 1823 Ichikawa Danjuro VII as Iga-no Jutaro by Utagawa Kunisada, 1823 Created in 1823, this is Kunisada’s first known woodblock print. It depicts the kabuki actor Ichikawa Danjuro. Danjuro was the most celebrated actor of his time, and is still a legend of the kabuki world today, so a portrait of such a huge celebrity was certainly a smart place to begin a career as an artist! Compared to his later works, especially those of the same genre, it’s amazing to see the growth of his skill over the years. This first piece is lacking in detail, with no background to be seen. Instead, hand-written script surrounds the actor's face. There’s also an awkwardness to the detail on the actor’s costume. As for the character that Danjuro VII is depicting in the print, Iga-no Jutaro was a samurai and retainer to the Shogun, Soma no Yoshikado, and he has been portrayed by many an actor in plays throughout the history of kabuki. For some more background, check out 6 Things to Know About Kabuki Tiger 1830 Tiger by Utagawa Kunisada, 1830 Kunisada’s first well-known attempt at a non-human animal was simply titled Tiger. This particular depiction shows the tiger in an aggressive, predatory pose, which is immediately eye-catching as a more dynamic presentation of the legendary beast. Tigers in Japanese tradition are tightly connected to the Zen school of Buddhism; their sunny naps representing enlightenment and their careful method of grooming being an example of personal discipline. With this in mind, it’s doubly interesting how Kunisada has chosen a more ferocious and dominating pose for his tiger in this woodblock View of Fuji from Miho Bay 1830 View of Fuji from Miho Bay by Utagawa Kunisada, 1830 Another first for Kunisada, this woodblock depicts a view of Mt Fuji from Miho Bay. Before this stage in his career, Kunisada had been almost entirely on kabuki portraits. This print represents a huge change for Kunisada as he moved away from people to experiment with natural landscapes and scenery. It’s no surprise, given its prominence in so much Japanese art, that his first landscape would prominently present Mt Fuji. Though the fact that the painting is entirely made from blues and empty whites gives it a very ethereal and spiritual atmosphere, with Fuji itself almost appearing like a ghost in the distance of an early Blind Man Game - 47 Ronin 1847-50 47 Ronin by Utagawa Kunisada, 1847 The tale of the Forty-seven Ronin is a true story about 47 masterless samurai who lost their daimyo to suicide when he was forced to end his own life after assaulting a court official. For one year they plotted their revenge, killed the official, and then all committed seppuku themselves. This story has become legend since it took place in 1702, and here Kunisada has depicted the ronin committing the act of revenge, with women cowering in fear and the court official helpless and blindfolded as three of the ronin ready their swords. 5. The Tale of Genji - Gust of Wind 1847-52 The Tale of Genji - Gust of Wind by Utagawa Kunisada, 1847 In his later years, Kunisada had truly perfected his craft. The depth, blends of colour, and complex perspectives of his artwork truly set him apart. It was at this point in his career that Kunisada began painting works inspired by The Tale of Genji. Recreating iconic scenes from Shikibu’s novel in paintings, screens, lacquerware, and more has long been considered a high form of artistry in Japan and Kunisada’s Genji-inspired paintings prove to be some of his most inspired and picturesque. For fans of the story, see also The Tale of Genji in Japanese The Tale of Genji 1851-53 The Tale of Genji by Utagawa Kunisada, 1851 During roughly the same period of his life, Kunisada completed more than one woodblock print inspired by The Tale of Genji. Not only is it considered by most historians to be the first Japanese novel, but it is also agreed to be the first novel written anywhere in the world. As such, The Tale of Genji is revered as one of Japan’s greatest works of art. With this in mind, it only makes sense for artists like Kunisada to recreate beloved scenes from the novel in vivid colour using their skills of portraiture and mood Sumo Spectators 1853 Sumo Spectators by Utagawa Kunisada, 1853 It was very common for ukiyo-e artists of the Edo period to depict sumo wrestlers – almost as common as kabuki actors – but here is a unique twist on that tradition. This woodblock print shows a packed group of sumo spectators, with not a wrestler in sight. The perspective is from the side of the stage, with enough of the corner visible to make the perspective clear. This is easily Kunisada’s busiest piece, with the front row of spectators being drawn in enough details as to make each man unique. In the distance, faces gradually disappear but the business remains. This is certainly an original take on the tradition of ukiyo-e artists painting the sumo Murder Intent - Kabuki 1859 Murder Intent by Utagawa Kunisada, 1859 Many of Kunisada’s most celebrated works of art depict intimate portraits of kabuki actors in character. These would be real actors who were popular on the stage during the late Edo period. But Kunisada also enjoyed recreating specific scenes from famous kabuki performances. Here, in Murder Intent, two actors can be seen in costume, their fluid motion captured in a moment not unlike by photograph. Their different stances, as well as their unique costume styles and colours, allow for a lot of dynamism within a single scene. For a ukiyo-e artist who went far behind drama to recreating horror, check out Why Utagawa Kuniyoshi was the Most Thrilling Ukiyo-e Master! 9. The Kabuki Actor Kawarasaki Gonjuro I 1861 Kawarasaki Gonjuro I by Utagawa Kunisada, 1861 This woodblock print from 1861 is easily Utagawa Kunisada’s most famous woodblock print. But more than that, it serves as a fantastic comparison piece to his very first artwork Ichikawa Danjuro VII as Iga-no Jutaro from 1823. Almost forty years after his first commercial work, The Kabuki actor Kawarasaki Gonjuro I shows an incredible maturation of Kunisada’s skill and eye for detail. This piece is beautifully detailed, busy and rather intense, suiting the atmosphere of kabuki Seascape 1832 Dawn at Futamai-ga-ura by Utagawa Kunisada, 1832 Despite being created relatively early in Kunisada’s career, this woodblock print consists of such exquisite texture and detail. The perspective, depth, and attention to tiny details makes Seascape one of Kunisada’s most captivating and inspiring artworks. Kunisada rarely painted landscapes without focusing on human subjects but, when he did, he truly excelled at it. RELATED JAPANESE ART MOST POPULAR . 455 437 165 229 119 60 307 67

lukisan kuda basuki abdullah